Dicari Mitra untuk memasarkan buku KARTIKA. Hub. hida 08156744804 / 081215802405
Es Krim Magnum Mengandung Lemak Babi

Es Krim Magnum Mengandung Lemak Babi – barusan dapat info dari blog hisyamhananto.wordpress.com, katanya eskrim magnum megandung lemak babi. yap, info yang beredar di facebook yang memberikan info ice cream magnum mengandung lemak babi, dan diketahui didalam komposisi es krim magnum tertera kode E472 yang berarti lemak babi.

MUI juga tentunya memberikan sertifikat HALAL buat es krim MAGNUM ini, demikian juga dengan BPOM (badan pengawas obat dan makanan) yang telah memberikan ijin edar, sehingga dapat didistribusikan hingga ditangan konsumen.

Nah, kita tak perlu ragu untuk membeli dan memakan es krim magnum atau produk lainnya, asalkan berlabel halal dari LPPOM MUI. Sudah jelas bahwa label E472 berasal dari nabati dan bukan hewani. kalu misalnya dari lemak babi, tak mungkin MUI memberikan sertifikat halal kepada es krim magnum ini. Selengkapnya..

Contoh Dasar Cara Membuat Link

Contoh Dasar Cara Membuat Link

Sudah lama saya membuat blog, namun baru akhir-akhir ini blog saya perbaiki. Saat menampilkan posting, saya dibuat bingung bagaimana menampilkan website lain kedalam postingan saya. Setelah berselanjar di duania google akhirnya saya menemukan cara yang mudah untuk membuat link pada postingan.
Sekarang saya akan tunjukan bagaimana membuat suatu link. Misalnya :

<a href="http://kursus-blog.blogspot.com/">klik</a>

Dari contoh diatas menunjukan bahwa URL yang menjadi tujuan link adalah http://kursus-blog.blogspot.com dan yang menjadi anchor text nya yaitu Klik. Hasilnya, jika ditampilkan di web atau blog = klik.
Selamat mencoba! Selengkapnya..
MODEL PEMBELAJARAN KURIKULUM EEK

Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

*Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan guru:
1. Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran.
2. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang diajarkan
3. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai.
4. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.


*Kegiatan Inti KBM
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyangkal, menantang, memotifasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakasa , kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Kegiatan ini menggunakan metode yang di sesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

*Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi guru:
1. Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam dikambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber.
2. Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain.
3. Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik dengan guru , lingkungan, dan sumber belajar lain nya.
4. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran dan,
5. Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, dan lapangan.

*Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi guru:
1. Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna.
2. Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis.
3. Memberikan kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut.
4. Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan elabortif
5. Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar
6. Memfasilitasi pesrta didik membuat eksplorasi yang dilakukan secara lisan maupun tulisan, secara individu maupun kelompok
7. Memfasilitasi peserta didk untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok
8. Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festifal, serta produk yang dihasilkan
9. Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik

*Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi guru
1. Memberikan umpan baik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik
2. Memberikan konfirfmasi terhadap hasil eksplorasi dan aelaborasi peserta didik melelalui berbagai sumber
3. Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi dalam memperoleh pengalaman yang bemakna dalam mencapai kompetisi dasar:

* berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar
* membantu menyelesaikan masalah
* memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengetikan hasil eksplorasi
* memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh
* memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif

*Kegiatan Penutup
Guru bersama peserta didik dan atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran

disalin dari ": http://musyarofah.wordpress.com


Selengkapnya..
Buku KARTIKA SD TA. 2011/2012









Selengkapnya..

10 ALASAN UTAMA SBI HARUS DIHENTIKAN

JAKARTA, KOMPAS.com - Ada sepuluh kelemahan utama yang menjadi alasan kuat bagi Kementrian Pendidikan Nasional untuk segera menghentikan program sekolah bertaraf Internasional (SBI). Mulai dari salah konsep hingga merusak bahasa dan mutu pendidikan, program SBI dianggap tidak cocok dan harus segera ditinggalkan.
Bisa dibuktikan, bahwa tidak jelas apa yang diperkuat, diperkaya, dikembangkan, diperdalam dalam SBI.

-- Satria Dharma

Demikian dilontarkan Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI) Satria Dharma dalam Petisi Pendidikan tentang Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) yang dinilai sebagai program gagal. Petisi itu dipaparkan Ketua Umum IGI Satria Dharma di depan Komisi X DPR RI, Selasa (8/3/2011), untuk mendesak Komisi X segera menghentikan sementara seluruh program SBI.

"Program SBI itu salah konsep, buruk dalam pelaksanaannya dan 90 persen pasti gagal. Di luar negeri konsep ini gagal dan ditinggalkan," kata Satria tentang isi petisi tersebut.

Menurutnya, sepuluh kelemahan mendasar program SBI itu harus dievaluasi, diredefinisi, dan perlu dihentikan. Kelemahan pertama, kata Satria, program SBI jelas tidak didahului riset yang lengkap sehingga konsepnya sangat buruk.

"Bisa dibuktikan, bahwa tidak jelas apa yang diperkuat, diperkaya, dikembangkan, diperdalam dalam SBI," tegas Satria.

Kedua, SBI adalah program yang salah model. Kemdiknas membuat panduan model pelaksanaan untuk SBI baru (news developed), tetapi yang terjadi justru pengembangan pada sekolah-sekolah yang telah ada (existing school).

Ketiga, program SBI telah salah asumsi. Kemdiknas mengasumsikan, bahwa untuk dapat mengajar hard science dalam pengantar bahasa Inggris, seorang guru harus memiliki TOEFL> 500.

"Padahal, tidak ada hubungannya antara nilai TOEFL dengan kemampuan mengajar hard science dalam bahasa Inggris. TOEFL bukanlah ukuran kompetensi pedagogis," paparnya.

Merusak bahasa

Satria memaparkan, kelemahan keempat pada SBI adalah telah terjadi kekacauan dalam proses belajar-mengajar dan kegagalan didaktik. Menurutnya, guru tidak mungkin disulap dalam lima hari agar bisa mengajarkan materinya dalam bahasa Inggris. Akibatnya, banyak siswa SBI justru gagal dalam ujian nasional (UN) karena mereka tidak memahami materi bidang studinya.

"Itulah fakta keras yang menunjukkan bahwa program SBI ini telah menghancurkan best practice dan menurunkan mutu sekolah-sekolah terbaik yang dijadikan sekolah SBI," tambahnya.

Di sisi lain, hasil riset Hywel Coleman dari University of Leeds UK menunjukkan, bahwa penggunaana bahasa Inggris dalam proses belajar-mengajar telah merusak kompetensi berbahasa Indonesia siswa.

Sementara itu, kelemahan kelima dari SBI adalah penggunaan bahasa pengantar pendidikan yang salah konsep. Dengan label SBI, materi pelajaran harus diajarkan dalam bahasa Inggris, sementara di seluruh dunia seperti Jepang, China, Korea justru menggunakan bahasa nasionalnya, tetapi siswanya tetap berkualitas dunia.

"Kalau ingin fasih dalam berbahasa Inggris yang harus diperkuat itu bidang studi bahasa Inggris, bukan bahasa asing itu dijadikan bahasa pengantar pendidikan," tegas Satria.

Keenam, SBI dinilai telah menciptakan diskriminasi dan kastanisasi dalam pendidikan. Sementara itu, kelemahan ketujuh menegaskan, bahwa SBI juga telah menjadikan sekolah-sekolah publik menjadi sangat komersial.

"Komersialisasi pendidikan inilah yang kita tentang, karena hanya anak orang kaya yang bisa sekolah di SBI," tandas Satria.

SBI juga telah melanggar UU Sisdiknas. Karena menurut Satria, pada tingkat pendidikan dasar sekolah publik atau negeri itu wajib ditanggung pemerintah. Kenyataannya, dalam SBI peraturan ini tidak berlaku.

Kedelapan, SBI telah menyebabkan penyesatan pembelajaran. Penggunaan piranti media pendidikan mutakhir dan canggih seperti laptop, LCD, dan VCD juga menyesatkan seolah karena tanpa itu semua sebuah sekolah tidak berkelas dunia.

"Program ini lebih mementingkan alat ketimbang proses. Padahal, pendidikan adalah lebih ke masalah proses ketimbang alat," katanya.

Kelemahan kesembilan, lanjut dia, SBI telah menyesatkan tujuan pendidikan. Kesalahan konseptual SBI terutama pada penekanannya terhadap segala hal yang bersifat akademik dengan menafikan segala hal yang nonakademik.

"Seolah tujuan pendidikan adalah untuk menjadikan siswa sebagai seorang yang cerdas akademik belaka, padahal pendidikan bertujuan mendidik manusia seutuhnya, termasuk mengembangkan potensi siswa di bidang seni, budaya, dan olahraga," ujar Satria.

Kelemahan terakhir, SBI adalah sebuah pembohongan publik. SBI telah memberikan persepsi yang keliru kepada orang tua, siswa, dan masyarakat karena SBI dianggap sebagai sekolah yang "akan" menjadi sekolah bertaraf Internasional dengan berbagai kelebihannya. Padahal, kata Satria, kemungkinan tersebut tidak akan dapat dicapai dan bahkan akan menghancurkan kualitas sekolah yang ada.

"Ini sama saja dengan menanam 'bom waktu'. Masyarakat merasa dibohongi dengan program ini dan pada akhirnya akan menuntut tanggung jawab pemerintah yang mengeluarkan program ini," kata Satria.
Selengkapnya..

SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL RSBI/SBI Lahir Tanpa Landasan yang Kuat

JAKARTA, KOMPAS.com — Persoalan tidak diterimanya rintisan sekolah bertaraf internasional/sekolah bertaraf internasional (RSBI/SBI) oleh masyarakat semakin memantapkan pandangan bahwa kebijakan pemerintah sampai saat ini tidak pernah disertai landasan berpikir yang kokoh. RSBI/SBI adalah satu contoh sebuah program yang tidak dipikirkan dengan matang.


Hanya coba-coba. Kita pun akhirnya curiga, buat apa uang dihabiskan untuk RSBI, bahkan akhirnya kita berpikir lagi soal kastanisasi, karena kok mahal sekali masuk RSBI.

-- Romo E Baskoro

"RSBI/SBI ini kan alasannya biar kita kelihatan bersaing dengan dunia internasional," tegas Direktur SMA Kanisius Romo E Baskoro kepada Kompas.com, Jumat (11/3/2011), terkait dihentikannya pemberian izin baru rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) mulai 2011 setelah didesak banyak pihak.
Akibat kuatnya desakan, saat ini pemerintah sedang mengevaluasi 1.329 SD, SMP, dan SMA/SMK berstatus RSBI yang izinnya diberikan pada 2006-2010. Evaluasi dilakukan sejak Agustus 2010.
"Landasan berpikirnya tidak ada, jadi kalau memang tidak siap tak usah diluncurkan. Selalu dikatakan demi menjawab UU Sisdiknas, nyatanya semua hanya coba-coba. Kita pun akhirnya curiga, buat apa uang dihabiskan untuk itu (RSBI), bahkan akhirnya kita berpikir lagi soal kastanisasi karena kok mahal sekali masuk RSBI," kata Baskoro.
Karnadi, pakar pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), menambahkan, fokus pemerintah pada RSBI/SBI lebih banyak pada fisik. Sekolah RSBI/SBI hanya sebuah label, sementara sumber daya manusia yang sudah ada untuk mengolahnya tidak siap dan kurang disiapkan.
"Padahal, kalau fisik dan SDM-nya dibentuk dengan baik, produk yang dihasilkannya juga pasti bagus. SDM, terutama gurunya, bukan cuma berbahasa yang perlu disiapkan, tetapi skilnya perlu distandarkan. Saya pikir, kenapa sih bukan SDM gurunya yang diperbaiki, tidak perlu pakai stempel RSBI/SBI dululah," ujar Karnadi.
Karnadi mengungkapkan, jika sudah lebih dari tiga tahun dijalankan, kebijakan pemerintah meluncurkan RSBI/SBI seharusnya sudah selesai dievaluasi. Jika selama itu tidak ada hasilnya, seharusnya tidak ada alasan bagi pemerintah untuk tidak mengevaluasi.
"Sekarang ini saya pikir faktor SDM yang terbaik untuk diperbaiki. Dorong sekolah untuk memiliki SDM yang baik dan melaksanakan sistem pendidikan di sekolah dengan jujur. Kalau SDM di semua sekolah sudah standar, saya yakin tidak ada masalah meski tanpa label RSBI/SBI," tandasnya.
Seperti diberitakan, pemerintah menghentikan pemberian izin baru RSBI mulai 2011. Pemerintah sedang mengevaluasi 1.329 SD, SMP, dan SMA/SMK berstatus RSBI yang izinnya diberikan pada 2006-2010.
"Ternyata sekolah bertaraf internasional tidak sederhana. Ini perjalanan panjang yang wajahnya sampai sekarang belum jelas. Karena itu, kami belum berani menyebut sekolah bertaraf internasional (SBI), tetapi masih rintisan SBI. Untuk itu, pemerintah menahan dulu pemberian izin baru RSBI," kata Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal dalam "Simposium Sistem RSBI/SBI: Kebijakan dan Pelaksanaan" yang dilaksanakan British Council di Jakarta, Rabu (9/3/2011).
Selengkapnya..